PERANCANGAN DAN REALISASI PROTOTYPE SISTEM KONTROL OTOMATIS UNTUK KANDANG ANAK AYAM MENGGUNAKAN METODE LOGIKA FUZZY
PERANCANGAN DAN REALISASI PROTOTYPE SISTEM KONTROL OTOMATIS UNTUK KANDANG ANAK AYAM MENGGUNAKAN METODE LOGIKA FUZZY
(PEMBERI PAKAN, CONVEYOR BERJALAN, KENDALI SUHU DAN KELEMBABAN)
1. PENDAHULUAN
Berternak
ayam merupakan salah satu kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat desa ataupun masyarakat umum yang ingin berbisnis di
bidang peternakan ayam
karena rata-rata manusia
mengkonsumsi daging ayam
hampir
setiap
hari,
sehingga bisnis
ini
sangat menguntungkan
bagi peternaknya.
Meskipun kegiatan berternak ini
cukup sederhana,banyak orang yang
mempermasalahkan tentang bagaimana merawat anak ayam yang baru saja menetas dari telurnya, karena anak ayam yang baru berumur kurang dari satu minggu belum bisa mengatur
suhu tubuhnya sendiri. Untuk itu perlu kandang
ayam yang
dapat membuat anak ayam tersebut tetap berada didalam
keadaan zona nyaman yaitu pada ayam
broiler ketika masa brooding suhu yang diperlukan
antara 33áµ’C-35áµ’C dengan kelembaban
60%-70% dan pada masa setelah brooding suhu yang diperlukan
antara 28áµ’C-29áµ’C dengan kelembaban 60%-70%.
Sehingga ketika anak ayam sudah berada pada zona nyaman, maka pertumbuhan dan perkembangan
anak ayam broiler semakin cepat, sehingga hal ini akan mempercepat keuntungan peternaknya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pada penelitian
ini akan dibuat suatu kandang anak ayam yang bertujuan untuk tetap menstabilkan
suhu dan kelembaban kandang secara otomatis, sehingga situasi
kandang masih berada di zona nyaman
anak ayam, serta akan dibuat suatu alat yang dapat memberikan makanan anak ayam secara otomatis beserta
conveyor berjalan yang digunakan untuk memudahkan dalam membersihkan kotoran yang berada di dalam kandang.
Dalam perancangan alat ini
menggunakan metode logika fuzzy yang
digunakan untuk
mengatur kestabilan suhu dan kelembaban pada saat masa brooding dengan membandingkan
parameter-parameter
yang berasal dari sensor suhu dan kelembaban, yaitu berupa sensor SHT11.
Pada sistem ini akan menggunakan Arduino Uno yang digunakan sebagai pengontrol sistem untuk
mengontrol rangkaian elektronik maupun aktuator yang digunakan untuk menjalankan sistem.
2. GAMBARAN UMUM SISTEM
Pada perancangan dan implementasi ini adalah membuat suatu kandang anak ayam (DOC)
yang meliputi pengaturan suhu dan kelembaban secara otomatis, pemberian makanan secara otomatis, serta pergerakan conveyor secara otomatis yang digunakan untuk mempermudah
dalam membersihkan kotoran.
Ketiga sistem tersebut dalam perancangan ini dapat dioperasikan secara otomatis secara bersamaan. Secara garis besar diagram blok perancangan dan implementasi sistem ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram blok perancangan sistem
3. CONVEYOR BERJALAN
Conveyor berjalan merupakan sebuah conveyor yang digunakan untuk mempermudah dalam membersihkan kotoran
DOC,
yaitu
agar
kotoran
DOC ikut
terbawa kebawah kandang, sehingga
pembersihan pada alas
kandang bisa dilakukan dengan membersihkan conveyor bagian bawah
Pada sistem ini, conveyor akan digerakan oleh motor dc yang dikontrol melalui driver motor oleh
mikrokontroler Arduino
yang dihubungkan dengan RTC . Dan untuk menghentikan conveyor menggunakan
penanda berupa garis hitam yang diletakkan pada belt conveyor, serta menggunakan photodioda sebagai pendeteksi garis hitam tersebut, karena conveyor
akan berhenti jika garis hitam telah terdeteksi oleh sensor
photodioda. Dan Flowchart pada perancangan conveyor berjalan ini ditunjukkan pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Flowchart Conveyor Berjalan
4. SISTEM PEMBERI PAKAN OTOMATIS
Sistem penyuplai makanan akan ini digerakan oleh motor servo yang akan dikontrol oleh
mikrokontroler Arduino ketika sensor-sensor photodioda telah mendeteksi ada atau tidaknya makanan pada tempat makanan. Dan Flowchart pada perancangan sistem pemberi pakan ini ditunjukkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Flowchart pemberi pakan otomatis
5. PENGENDALI SUHU DAN KELEMBABAN MASA BROODING
Pada sistem pengendali suhu dan kelembaban pada masa
brooding ini menggunakan pengolahan logika fuzzy yang digunakan untuk menstabilkan suhu dan kelembaban di dalam ruangan kandang sesuai dengan yang diinginkan, berikut adalah flowchart dari sistem ini.
5.1 Fuzzyfication
Gambar 5.1 Flowchart logika fuzzy
Pada proses fuzzyfikasi fungsi keanggotaan berupa suhu memiliki 3 nilai linguistik yaitu dingin,
normal, dan panas. Sedangkan pada fungsi keanggotaan yang berupa kelembaban juga memiliki 3 nilai linguistik yaitu kering, lembab, dan basah.
Gambar 5.2
Fungsi keanggotaan “suhu”
Gambar 5.3
Fungsi keanggotaan “kelembaban”
Keluaran pada perancangan ini memiliki 2 buah output , yaitu berupa pemanas dan pelembab ruangan
yang menggunakan model Sugeno. Untuk keluaran sistem yang berupa pemanas memiliki
5 nilai linguistik, yaitu sangat panas (sp), panas(p), normal(n),
redup(r), dan sangat redup(sr). Dan nilai fungsi keanggotaan dari masing-masing linguistik ini adalah berupa trigger yang dikonversi menjadi suatu nilai
sudut fasa, walaupun pada trigger tersebut dasarnya adalah nilai delay yang digunakan untuk memulai
penyulutan pada komponen TRIAC yang digunakan untuk mengatur tegangan masukan pada lampu pijar..
Sedangkan untuk keluaran sistem yang berupa pelembab memiliki 2 nilai linguistik, yaitu on dan
off. Dan nilai fungsi keanggotaan dari masing-masing linguistik ini adalah nilai Logic 0 dan 1.
5.2 Inference
Pada tahap ini terjadi proses pengolahan data
input yang berasal dari proses fuzzfikasi terhadap
keluaran yang akan dikehendaki sesuai dengan aturan-aturan
tertentu. Untuk itu aturan fuzzy dapat dilihat
pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.
Tabel 5.4 Aturan fuzzy untuk eksekusi pemanas
Tabel 5.5 Aturan fuzzy untuk eksekusi pelembab
5.3 Defuzzyfication
Pada perancangan kandang DOC ini pada proses defuzzyfikasi menggunakan metode weight-average. Dan
kelauaran dari hasil defuzzyfikasi ini adalah berupa delay yang telah direpresentasikan
sebagai sudut
fasa
yang digunakan untuk mengatur tingkat intensitas cahaya lampu dan
berupa logic high atau low yang
digunakan mengontrol penyemprotan pada sistem pelembab ruangan
6.
PENGENDALI SUHU DAN KELEMBABAN MASA AFTER BROODING
Pada masa after brooding suhu yang diperlukan antara 28áµ’C - 29áµ’C, dan jika suhu berada diatas 29áµ’C, maka lampu akan diamtikan, hal ini dikarenakan agar anak ayam tidak mudah stres setelah melewati fase
brooding
dan tidak menjadi kanibal, karena pada masa after brooding ini anak ayam sudah bisa menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya, yaitu usia anak ayam pada masa after brooding sekitar 5
hari. Dan
untuk kelembaban yang dibutuhkan pada masa ini berkisar 60%-70%.
Gambar 6.1 Flowchart after brooding
7. PENGUJIAN DAN ANALISIS
7.1 Pengujian Conveyor Berjalan
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui durasi waktu
conveyor selama setengah putaran atau
sebelum terdeteksi sensor pendeteksi garis serta untuk mengetahui setpoint photodioda dalam membedakan bidang putih dan hitam.
Berikut adalah hasil dari pengujian conveyor dan pengujian pembacaan nilai ADC pada photodioda pendeteksi garis.
Tabel 7.1 Hasil pengujian conveyor berjalan
Tabel7.2 Hasil Pengujian sensor deteksi garis
Sesuai dengan tabel 7.1 dapat dilihat
bahwa nilai waktu setiap putaran pada percobaan pertama hingga
keempat mengalami perbedaan waktu dan perbedaan jumlah step, hal ini dikarenakan
perbedaan kekuatan dorongan
motor terhadap belt conveyor, karena tingkat ketegangan belt conveyor untuk tiap titik berbeda-
beda, sehingga pada tiap titik tersebut akan mengalami perbedaan waktu tiap dorongan perstep beserta jarak
perstep yang didorong oleh motor DC. Dan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menempuh jarak setengah putaran adalah sekitar 41,25 menit.
Dan sesuai dengan tabel 7.2 perbedaan nilai ADC untuk membedakan
bidang hitam dan putih saat
cukup,
jauh, sehingga nilai threshold yang diberikan sebesar 800 untuk di dalam ruang N101 dan 150 untuk di luar ruangan N101, perbedaan nilai ADC tersebut dikarenakan perbedaan jumlah intensitas cahaya di
dalam dan di luar ruangan N101.
7.2 Pengujian Sistem Pemberi Pakan
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui nilai pembacaan ADC pada sensor photodioda pendeteksi
makanan
dan
untuk mengetahui
tingkat
performansi
sistem penyuplai makanan
terhadap kondisi
pencahayaan di dalam kandang anak ayam.
Tabel 7.3 Pengaruh keadaan lampu
Tabel 7.4 Hasil pembacaan input ADC1 pendeteksi makanan
terhadap sistem pemberi
makanan
Tabel 7.5 Hasil pembacaan input ADC2 pendeteksi makanan
Tabel 7.6 Hasil pembacaan input ADC3 pendeteksi makanan
Berdasarkan
gambar 7.3 maka agar sistem pemberi pakan dapat bekerja dengan baik, maka tegangan AC yang diberikan kepada lampu pemanas adalah diatas 135,4 Volt AC atau nilai trgger kurang dari 110 . Karena sesuai dengan nilai
setppoint pada photodioda, sensor
akan mendeteksi secara
maksimal
jika keadaan cahaya dalam ruangan kandang dalam keadaan tidak terlalu redup.
Sedangkan berdasarkan gambar 7.4,7.5,7.6 dapat disimpulkan
bahwa nilai threshold yang diberikan
pada ADC1 sebesar 200, ADC2 sebesar 150, dan ADC3 sebesar 150. Sehingga ketika ADC1<200
dan ADC2<150, dan ADC3<150, maka sensor photodioda akan mendeteksi bahwa makanan dalam penampung
telah habis, dan penyuplai makanan akan menyuplai makanan, sehingga membuat nilai ADC1,ADC2, dan ADC3 menjadi berada di atas nilai threshold yang telah diberikan.
7.3 Pengujian Sistem Kendali Suhu dan Kelembaban Masa Brooding dan After Brooding
Pengujian ini digunakan
untuk mengetahui
sistem yang dibuat terhadap pencapaian nilai suhu dan
kelembaban
ruangan yang dinginkan yaitu untuk masa brooding suhu yg diperlukan sekitar 33-35áµ’C dan
kelembaban
antara 60-70%, sedangkan untuk masa after brooding suhu yang diperlukan sekitar 28áµ’C-29áµ’C
dan
kelembaban antara 60%-70%.
Pada pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung waktu pencapaian sistem agar mencapai suhu
dan
kelembaban yang diinginkan menggunakan stop watch setelah sistem kandang anak ayam ini
dinyalakan, dan membandingkan suhu dan kelembaban di dalam kandang anak ayam dengan suhu dan kelembaban diluar ruangan kandang anak ayam dan mengamati bagaimana sistem dalam menstabilkan suhu
dan
kelembaban ketika tidak ada gangguan dan tidak ada gangguan
Pada hasil pengujian ini akan dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama yaitu hasil pengujian masa
brooding dan bagian kedua adalah hasil pengujian masa after brooding.
Gambar 7.7 Grafik hasil pengujian suhu masa brooding
Gambar 7.8 Grafik hasil pengujian kelembaban masa brooding
Gambar 7.9 Grafik hasil pengujian suhu dengan
gangguan masa
brooding
Gambar 7.10 Grafik hasil pengujian kelembaban dengan gangguan masa brooding
Berdasarkan
gambar diatas didapatkan,
bahwa sistem akan bekerja secara maksimal ketika tidak ada gangguan, yaitu sistem dapat menstabilkan suhu antara 35áµ’C-37áµ’C dan kelembaban antara 60%-64%, sedangkan jika ada gangguan sistem hanya dapat menstabilkan
suhu antara 32áµ’C-34áµ’C dan kelembaban
antara 56%-60%.
Bagian Kedua :
Masa After Brooding
|
Gambar 7.11 Grafik hasil
masa pengujian suhu after brooding
|
|
|
|
|
|
Gambar 7.12 Grafik hasil pengujian kelembaban
|
|
masa
after brooding
|
Gambar 7.13 Grafik hasil pengujian suhu dengan
dengan gangguan masa after brooding
Gambar 7.14 Grafik hasil pengujian kelembaban gangguan masa after brooding
Berdasarkan
gambar diatas didapatkan,
bahwa sistem akan bekerja secara maksimal ketika tidak ada gangguan, yaitu sistem dapat menstabilkan suhu antara 28áµ’C-29áµ’C dan kelembaban antara 60%-66%, sedangkan jika ada gangguan sistem bisa menstabilkan suhu
sesuai dengan suhu yang diinginkan sedangkan kelembaban minimal turun menjadi 55%.
7
8.
PENGUJIAN KELAYAKAN KANDANG
Tabel 7.7 Hasil pengujian kelayakan kandang
Berdasarkan
tabel 7.7 dapat disimpulkam bahwa sistem masih bisa berfungsi hingga hari ke 10 dan
suhu dan kelembaban dapat dipertahankan
sesuai dengan suhu dan kelembaban yang diinginkan. Selain itu
dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mula-mula pada awal percobaan terdapat 5 anak
ayam,
dan hingga hari
ke
10 masih terdapat 3 anak ayam yang masih hidup, hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan meninggalnya anak ayam, seperti tidak diberikan vaksi dan kesalahan dalam perawatan anak
ayam.
9. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada perancangan sistem kandang
anak ayam otomatis ini,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1. Waktu putaran dalam setengah putaran atau setelah terdeteksi sensor pendeteksi garis yang dapat
menyebabkan
conveyor berhenti
adalah sekitar 41,25 menit, sehingga dengan sistem tersebut tidak akan menganggu
zona nyaman anak ayam ketika conveyor sedang bekerja karena putaran conveyor yang sangat lambat..
2. Sistem pemberi pakan otomatis akan melakukan suplai makanan ketika sensor pendeteksi makanan
telah mendeteksi
tidak adanya makanan pada penampung makanan dan tingkat pencahayaan
di
dalam kandang
tidak terlalu redup, sehingga agar makanan dapat di suplai oleh penyuplai makanan, maka rentang trigger untuk mengontrol tingkat cahaya pada lampu pijar adalah dibawah 110, untuk itu pada pengolahan fuzzy, nilai trigger pada saat keadaan suhu dan kelembaban ideal adalah 95.
3. Penggunaan metode logika fuzzy yang diterapkan pada sistem kendali suhu dan kelembaban pada masa brooding dapat berjalan dengan baik, dengan tingkat suhu yang dapat dipertahankan berkisar
35-
37áµ’C dan dengan kelembaban yang secara terus menerus berosilasi dengan kelembaban terendah
adalah sekitar 60% dan kelembaban tertinggi yang dapat dicapai adalah 64%, sehingga hal ini sesuai dengan keadaan
suhu dan kelembaban yang dibutuhkan
oleh DOC ayam broiler. Selain itu sistem
kendali suhu dan kelembaban
ini
akan berjalan dengan maksimal apabila ventilasi 1, ventilasi 2, dan tutup pada kandang selalu dalam keadaan tertutup.
4. Pada masa after Brooding,
sistem pengendali suhu dan kelembaban akan dapat berfungsi dengan baik
jika tidak diberikan gangguan, karena jika diberikan gangguan kelembaban akan terganggu menjadi 55%, sedangkan suhu masih terjaga sesuai dengan suhu yang diinginkan.
























Comments
Post a Comment